Monday, October 31, 2005

Eid Mubarak

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Jika Hati sejernih Air,
jangan biarkan ia Keruh.
Jika Hati seputih Awan,
jangan biarkan ia Mendung.
Jika Hati seindah Bulan,
hiasilah dengan Iman.

Kadang Hati berburuk sangka,
kata tidak terjaga,
andai jari tak kuasa berjabat,
setidaknya kata masih dapat terungkap


"Minal 'aidin wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir & Bathin
Taqabalallahu Minna Waminkum, Taqabalallahu Yaa Kariim amin"

Selamat Idul Fitri 1426 H


wassalam
kartina & Family

Wednesday, October 12, 2005

Mandikan Aku Bunda

saya ingin bertutur tentang seorang sahabat saya. Sebut saja Rani namanya. Semasa kuliah ia tergolong berotak cemerlang dan memiliki idealisme yang tinggi. Sejak awal, sikap dan konsep dirinya sudah jelas meraih yang terbaik, baik itu dalam bidang akademis maupun bidang profesi yang akan digelutinya.Ketika Universitas mengirim kami untuk mempelajari.Hukum Internasional di Universiteit Utrecht, di negerinya bunga tulip.Beruntung Rani terus melangkah. Sementara saya,lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran dan berpisah dengan seluk beluk hukum dan perundangan. Beruntung pula Rani mendapat pendamping yang'setara' dengan dirinya, sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.


Alifya, buah cinta mereka lahir ketika Rani baru saja diangkat sebagai staf Diplomat bertepatan dengan tuntasnya suami Rani meraih Phd. Konon nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijjaiyah 'Alif' dan huruf terakhir 'Ya'. Jadilah nama yang enak didengar : Alifya. Tentunya filosofi yang mendasari pemilihan nama ini seindah namanya pula. Ketika Alif, panggilan untuk puteranya itu berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila saja.Frekuensi terbang dari satu kota ke kota lain dan satu negara ke negara lain makin meninggi.Saya pernah bertanya, "Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal ?"Dengan sigap Rani menjawab "Saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya.Everything is OK !".Dan itu betul-betul ia buktikan.Perawatan dan perhatian anaknya walaupun lebih banyak dilimpahkan ke baby sitter betul-betul mengagumkan.Alif tumbuh menjadi anak yang lincah, cerdas dan pengertian.Kakek neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu tentang ibu-bapaknya."Contohlah ayah-bunda Alif kalau Alif besar nanti". Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani bertutur disela-sela dongeng menjelang tidurnya.Tidak salah memang.Siapa yang tidak ingin memiliki anak atau cucu yang berhasil dalam bidang akademis dan pekerjaanya.


Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau Alif minta adik.Waktu itu ia dan suaminya menjelaskan dengan penuh kasih sayang bahwa kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif.Lagi-lagi bocah kecil ini " DAPAT MEMAHAMI " orang tuanya.Mengagumkan memang.Alif bukan tipe anak yang suka merengek.Kalau kedua orang tuanya pulang larut,ia jarang sekali ngambek.Kisah Rani, Alif selalu menyambutnya dengan penuh kebahagiaan.Rani bahkan menyebutnya malaikat kecil. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orang tua sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam hati kecil saya menginginkan anak seperti Alif.


Suatu hari menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitternya. "ALIF INGIN BUNDA MANDIKAN !!!",ujarnya.Karuan saja Rani yang dari detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, menjadi gusar.Tak urung suaminya turut membujuk agar Alif mau mandi dengan tante Mien, baby sitternya.Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan, " BUNDA, MANDIKAN ALIF " begitu setiap pagi.Rani dan suaminya berpikir, mungkin karena Alif sedang dalam masa peralihan ke masa sekolah jadinya agak minta perhatian.


Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter."Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang, sekarang di Emergency!".Setengah terbang, saya pun ngebut ke UGD. Tetapi terlambat sudah !!!Allah sudah punya rencana lain. Alif,si malaikat kecil keburu dipanggil Pemiliknya. Rani, bundanya tercinta, yang ketika diberi tahu sedang meresmikan kantor barunya, shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya.Dan itu memang ia lakukan, meski setelah tubuh si kecil TERBARING KAKU !."INI BUNDA LIF, BUNDA MANDIKAN ALIF" ucapnya lirih,namun teramat pedih.Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu berkata, "INI SUDAH TAKDIR, IYA KAN ? Aku di sebelahnya atau di seberang lautan, kalau sudah saatnya, dia pergi juga kan ?" Saya diam saja mendengarkan ini. " INI KONSEKUENSI SEBUAH PILIHAN ",lanjutnya lagi. Tetap tegar dan kuat. Hening sejenak.Angin senja berbaur aroma bunga kamboja.Tiba-tiba Rani tertunduk. "AKU IBUNYA ..... !!!" serunya kemudian, " BANGUNLAH LIF, BUNDA MAU MANDIKAN ALIF. BERI KESEMPATAN BUNDA SEKALI SAJA LIF ".Rintihan itu begitu menyayat.Detik berikutnya ia bersimpuh sambil mengais-ngais tanah merah.Air mata kesedihan menyirami pusara Alif, putra satu-satunya.Nasi telah menjadi bubur.Yang berlalu tak pernah kembali lagi, penyesalan selalu datang terlambat.


hanya ingin mengingatkan bagi rekan-rekan yang super sibuk, jangan sampai kita hanya bisa menyesalinya...


Sumber : Media Internal PT. Bank Central Asia,Tbk.

Sunday, October 09, 2005

Kisah Yang Mungkin Nyata

Seperti biasa saya sehabis pulang kantor tiba di rumahlangsung duduk bersantai sambil melepas penat.Sepertinya saya sangat enggan untuk membersihkan diridan langsung sholat.
Sementara anak2 & istri sedang berkumpul di ruangtengah. Dalam kelelahan tadi, saya disegarkan denganadanya angin dingin sepoi2 yang menghembus tepat dimuka saya.
Selang beberapa lama seorang yang tak tampak mukanya,berjubah putih dengan tongkat ditangannya tiba2 sudahberdiri di depanku.
Saya sangat kaget dengan kedatangannya yang tiba2 itu.Sebelum sempat bertanya.....siapa dia...tiba2 saya merasa dada saya sesak... sulit untuk bernafas.... namun saya berusaha untuk tetap menghirup udara sebisanya.Yang saya rasakan waktu itu ada sesuatu yang berjalan pelan2 dari dadaku......terus berjalan.....ke kerongkonganku....sakittttttttt........sakit......rasanya.Keluar airmataku menahan rasa sakitnya,....Oh...Tuhan ada apa dengan diriku.....
Dalam kondisi yang masih sulit bernafas tadi, bendatadi terus memaksa untuk keluar dari tubuhku...
kkhh.........khhhh..... kerongkonganku berbunyi.Sakit rasanya, amat teramat sakit Seolah tak mampu aku menahan benda tadi... Badan kugemetar... peluh keringat mengucur deras.... mataku terbelalak.....air mataku seolah tak berhenti.Tangan & kakiku kejang2 sedetik setelah benda itu meninggalkan aku.Aku melihat benda tadi dibawa oleh orang misterius itu...pergi...berlalu begitu saja....hilang dari pandangan.
Namun setelah itu.........aku merasa aku jauh lebih ringan, sehat, segar, cerah... tidak seperti biasanya.
Aku herann... istri & anak2 ku yang sedari tadi ada diruang tengah, tiba2 terkejut berhamburan ke arahku.
Di situ aku melihat ada seseorang yang terbujur kaku ada tepat di bawah sofa yang kududuki tadi.
Badannya dingin kulitnya membiru. siapa dia???????...
Mengapa anak2 & istriku memeluknya ! sambil menangis...mereka menjerit...histeris ...terlebih istriku seolah tak mau melepaskan orang yang terbujur tadi...
Siapa dia.............????????
Betapa terkejutnya aku ketika wajahnya dibalikkan....dia........dia.......dia mirip dengan aku....ada apa ini Tuhan...????????
Aku mencoba menarik tangan istriku tapi tak mampu.....
Aku mencoba merangkul anak2 ku tapi tak bisa. Aku coba jelaskan kalau itu bukan aku.
Aku coba jelaskan kalau aku ada di sini.. Aku mulai berteriak.....tapi mereka seolah tak mendengarkan aku.
Seolah mereka tak melihatku...
Dan mereka terus-menerus menangis....aku sadar..aku sadar bahwa orang misterius tadi telah membawa rohku Aku telah mati...aku telah mati.
Aku telah meninggalkan mereka ..tak kuasa aku menangis....berteriak......
Aku tak kuat melihat mereka menangisi mayatku.
Aku sangat sedih.. selama hidupku belum banyak yang kulakukan untuk membahagiakan mereka. Belum banyak yang bisa kulakukan! untuk membimbing mereka.
Tapi waktuku telah habis.......masaku telah terlewati.... aku sudah tutup usia pada saat aku terduduk di sofa setelah lelah seharian bekerja.
Sungguh bila aku tahu aku akan mati, aku akan membagi waktu kapan harus bekerja, beribadah, untuk keluarga dll.
Aku menyesal aku terlambat menyadarinya. Aku mati dalam keadaan belum sholat.
mudah-mudahan kisah ini bisa mengingatkan kita & menyadarkan kita, juga menjadi renungan bwat kita semua
(diambil dari milist sebelah)

Friday, October 07, 2005

Marhaban Ya Ramadhan

Tiada ucap seindah dzikir,tiada bulan seindah Ramadhan.
Izinkan kedua tangan kami bersimpuh maaf untuk lisan yang tak terjaga,
janji yang terabaikan,hati yang berprasangka dan sikap yang pernah
menyakitkan kepada para sahabat semuanya.
Teriring ucapan "Mohon Maaf Lahir Bathin".

Semoga Allah SWT tetap memberikan bimbingan,petunjuk dan hidayah-Nya
kepada kita semua, serta senantiasa memberikan kesehatan,rezeki,kelapangan,dan kekhusukan
pada kita untuk menjalani puasa dibulan ramadhan yang penuh rahmat, berkah dan maghfirah. amin

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA 1426 H

Wassalam
kartina sekeluarga